Rabu, 22 Desember 2010

Strategi di Dalam Tergeting

Nama : Febriyanti
Npm/kls : 10208497/3EA03

Dalam praktek manajemen pemasaran dikenal adanya istilah STP atau singkatan dari segmentation, targeting, dan positioning.

Untuk mencapai hasil pemasaran yang optimal, kita pertama kali harus terlebih dahulu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual. Segmentasi pasar pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa berdasarkan pembagian demografis; berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga berdasar gaya hidup (psikografis).

Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal, pembagain yang sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas). Sebagai misal, produk kartu ponsel Esia yang murah meriah cenderung ditujukan untuk golongan B dan golongan C. Sementara produk mobil mewah seperti BMW atau produk tas Gucci ditujukan untuk segmen kelas atas.

Setelah segmentasi atas produk telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melakukan targeting atau membidik target market yang telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus pas dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Sebagai misal produk-produk tas dan sepatu mewah seperti dengan merk Gucci atau Louis Vuitton, maka mereka selalu memilih mal kelas atas seperti Plaza Senayan dan Pacific Place untuk membuka outletnya; dan bukan di mal kelas menengah seperti Plaza Jatinegara. Hal diatas dilakukan agar kegiatan promosi pemasaran yang dilakukan pas dan tepat sasaran dengan segmen pasar yang ditujunya.

Selain targeting, maka langkah berikutnya adalah melakukan positioning, langkah ini artinya adalah menciptpakan keunikan posisi produk dalam benak atau persepsi pelanggan potensial yang akan dibidik. Mobil mewah BMW selalu mencitrakan dan memposisikan dirinya sebagai kendaraan mewah nan elegan. Pada sisi lain Esia selalu mencoba memposisikan dirinya sebegai produk rakyat kebanyakan yang murah dan tersedia dimana-mana.

Positioning yang pas ini menjadi sangat penting, sebab dengan begitu mereka bisa meraih simpati dalam benak pelanggan. Dan selanjutnya hal ini bisa mendorong mereka untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan.

Sumber: http://rajapresentasi.com/2009/08/segmentasi-targeting-dan-positioning-dalam-manajemen-pemasaran/

Sabtu, 18 Desember 2010

Model-model Segmen Target dan Kondisi Pasar

Nama : Febriyanti
Npm/kLs : 10208497/3EA03


Segmentasi Pasar

Membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang khas berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah.

Penetapan Target Pasar.

Proses mengevaluasi daya tarik tiap-tiap segmen dan memilih satu atau lebih segmen yang akan dimasuki.

PENETAPAN TARGET PASAR ( PASAR SASARAN )

Pasar Sasaran

Seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan dan karakteristik yang sama, yang diputuskan untuk dilayani oleh perusahaan.

1. Mengevaluasi Segmen Pasar

- Ukuran dan pertumbuhan segmen.

- Daya tarik structural segmen.

- Tujuan dan sumber daya perusahaan..

2. Memilih Segmen Pasar.

- Pemasaran tanpa diferensiasi ( Pemasaran massal ).

Strategi peliputan pasar dimana perusahaan mungkin memutuskan untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan yang ada pada tiap-tiap segmen pasar, dan masuk ke pasar secara keseluruhan dengan satu tawaran.

- Pemasaran yang terdiferensiasi.

Strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memutuskan untuk menetapkan beberapa segmen pasar atau relung pasar dan mendesain tawaran yang terpisah bagi masing-masing segmen.

Pemasaran terkonsentrasi

Strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memilih untuk meraih pangsa pasar yang besar pada satu atau beberapa subpasar.

3. Memilih strategi Peliput Pasar.

- Sumber daya yang dimiliki perusahaan.

- Tahapan produk dalam daur hidup.

- Homogenitas Pasar.

- Strategi pemasaran yang dilakukan pesaing.


contoh kasus :

Membaiknya pasar otomotif nasional pada 2010, membuat para agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil di Indonesia melakukan koreksi angka penjualan. Perubahan target penjualan tidak tanggung-tanggung yaitu dinaikkan sekitar 20 persen.

MISALNYA PT Mazda Motor Indonesia (MMI). ATPM Mazda di Indonesia, merevisi target penjualan sebesar 20 persen sehingga menjadi 6.000 mobil pada tahun ini. sejalan dengan kondisi pasar otomotif domestik yang terus bergairah. Sebelumnya Mazda mematok target penjualan sepanjang 2010 sebanyak 5.000 mobil, naik signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 1.542 unit.

Sumber :http://ahim.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7964/BAB+IV.+SEGMENTASI+PASAR.doc dan bataviase.co.id



Kamis, 16 Desember 2010

Teori Kepribadian

Nama : febriyanti
Npm/kls : 10208497/3EA03

Teori Kepribadian memiliki dua teori, yaitu :
  1. Teori Kepribadian Psikoanalistik(psychoanalystic theory of personality). Sigmund Freud memiliki dampak yang besra terhadap pemahaman kita tentang perilaku konsumen. Freud berargumentasi bahwa kepribadian manusia berasal dari (sifat laper, seks dan agresi) dan tekanan sosial untuk mentaati hukum, aturan, dan kode moral.
  • Teori psikoanalistik dan strategi promosi, setelah di pengaruhi untuk para peneliti motivasi pad tahun 1950-an, pemikiran psikoanalistik, dan penekanan pada impian-impian yang tidak masuk akal, fantasi dan simbol-simbol untuk mengidentifiksikan motif-motif yang tidak disadari yang melandasi tindakan orang, memiliki dampak yang besar terhadap pemasaran. Perusahaan periklanan memperkerjakan para psikoanalistik untuk membantu mereka mengembangkan tema promosi dan keasan yang akan berkesan dalam konsumen tanpa disadari.
  • Teori psikoanalistik dan riset pemasaran, pendekatan psikoanalistik pada kepribadian memiliki dampak terbesar terhadap pemasaran pada bidang riset konsumen. Riset perilaku konsumen, sangat bergantung pada teknik proyektif psikoanalistik yang dikembangkan untuk mengidentifikasi motif yang tidak disadari yang memacu orang agar bertindak.
2. Teori Sifat Bawaan, pendekatan teori sifat bawaan pada kepribadian mengklasifikasikan orang-orang susuai dengan karakteristik atau sifat bawaan yang dominan. Sifat bawaan(trait) adalah setiap karakteristik di mana seseorang berbeda dari lainnya yang relatif permanen dan konsisten . Teori sifat bawaan menguraikan orang-orang dalam hal predisposisi mereka sebagai kesatuan sifat.

Kepribadian dan Gaya Hidup

Nama : Febriyanti
Npm/kls : 10208497/3EA03

Kepribadian(personality) memiliki empat aspek penting,yaitu :
  1. Perilaku menunjukan konsistensi, agar dapat disebut kepribadian, perilaku seseorang harus konsistensi setiap waktu.
  2. Perilaku membedakan seseorang dengan yang lainnya, perilaku harus membedakan seseorang dengan yang lainnya :sebuah karakteristik kepribadian tidak dapat dibagi oleh semua konsumen.
  3. Perilaku berinteraksi dengan situasi, bahwa karakteristik kepribadian tidak berhubungan erat dengan jenis tertentu. Jadi, para peneliti tidak dapat memprediksi tindakan individu dengan akurat atas suatu kejadian tertentu dari suatu pengukuran kepribadian tunggal. Dalam istilah spesifik, berapa banyak kaleng kacang polong atau jenis furniture yang akan dibeli seseorang tidak dapat diprediksikan dengan melihat karakteristik kepribadian seseorang saja, di mana untuk pilihan seperti itu tergantung pada interaksi kepribadian, situasi dan produk. Interaksi kekuatan yang kompleks di dalam dan di antara faktor-faktor ini membuat hubungan rangsangan-tanggapan yang sederhana antara kepribadian dan pembelian tidak mungkin terjadi.
  4. Pengukuran kepribadian tunggal tidak dapat memprediksi perilaku tertentu, seperti merk mobil apa yang akan konsumen beli, bahwa kepribadian itu meredakan pengaruh pesan-pesan iklan dan situasi pemasaran terhadap perilaku konsumen. Variabel Moderat (moderating variable) adalah variabel perbedaan-individu yang berinteraksi dengan situasi konsumen dan atau jenis pesan yang sedang dikomunikasikan.
sumber : Buku Perilaku Konsumen / John C.Mowen, Michael Minor. jilid 1 edisi kelima

Selasa, 09 November 2010

Mempromosikan Produk Bagi Suatu Oraginisasi

Tema : Mempromosikan Produk
Judul : Mempromosikan Produk Bagi Suatu Oraginisasi

Nama : Febriyanti
Npm/kls : 10208497/3EA03

Mempromosikan produk bagi suatu organisasi adalah sepenuhnya pikiran boggling tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan komunikasi untuk diferensiasi produk. Organisasi menggunakan channel periklanan berbeda untuk menyebarkan pesan dan berkomunikasi menawarkan mereka. Ada TV, radio, cetak, dan internet untuk membantu mereka posisi merek dan produk mereka di pasar. Diferensiasi mengacu pada organisasi seni dan pendekatan dramatis menggunakan media iklan yang berbeda untuk membuat produk mereka berdiri di antara pesaing. pendekatan dasar untuk diferensiasi produk public relations, manajemen reputasi, komunikasi pemasaran, dan branding.

Komunikasikan apa organisasi Anda dan produk Anda singkatan termasuk nilai-nilai inti. Membentuk identitas unik kebutuhan riset pasar, yang meliputi pembentukan citra dan reputasi perusahaan yang berada di luar karakteristik produk. Produk dan jasa berubah dengan cepat sebagai perilaku konsumen dan perubahan preferensi juga. Cara terbaik untuk mempromosikan produk Anda adalah untuk membangun nama merek pertama Anda. Promosikan produk anda di bawah nama merek atau citra perusahaan. Dengan cara ini Anda membuat kesan yang abadi dan membuat orang menerima produk anda memperkenalkan dengan nama merek. Anda dapat dengan mudah posisi perusahaan Anda jika Anda membangun nama merek Anda terlebih dahulu.

Bagaimana Anda mempromosikan produk Anda?

Ada tiga aturan sederhana dalam mempromosikan produk Anda:

o Kenali layanan Anda dan produk baik
o Identifikasi dan menentukan target pasar Anda
o Membuat Spreadsheet Excel dari situs ini ceruk pasar yang digunakan untuk hang out

Mereka sangat sederhana namun mengambil waktu untuk mengetahui tentang karakteristik dan perilaku pembelian dari segmen pasar Anda. Buat website Anda dan kemudian membuat iklan Anda. Berikut adalah contoh bagaimana sebuah iklan akan terlihat seperti. Perhatikan header dan desain iklan. Klik dan melihat desain situs web. Layout dan desain, mereka adalah cara terbaik untuk mendapatkan melalui pasar Anda.

Sumber: http://Ezinearticles.com

Membeli Suatu Produk Berdasarkan Tingkat Keterlibatan Pembelian dan Tingkat Perbedaan Di antara MerkMembeli Suatu Produk Berdasarkan Tingkat Keterliba

Tema : Jenis-jenis Situasi Konsumen
Judul : Membeli Suatu Produk Berdasarkan Tingkat Keterlibatan Pembelian dan Tingkat Perbedaan Di antara Merk

Nama : Febriyanti
Npm/kls : 10208497/3EA03


Perilaku pembelian konsumen berbeda di antara produk pasta gigi, raket tennis, kamera yang mahal dan mobil baru. Keputusan yang lebih rumit biasanya melibatkan banyak pelaku dan lebih banyak kesadaran pembeli. Jenis-jenis situasi konsumen ketika membeli suatu produk berdasarkan tingkat keterlibatan pembelian dan tingkat perbedaan diantara merek, yaitu :

1. Perilaku Pembelian Kompleks

Konsumen berada dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai persepsi yang signifikan mengenai perbedaan di antara merek. Konsumen mungkin akan terlibat secara mendalam ketika produk itu mahal, beresiko, jarang dibeli dan menunjukkan ekspresi diri.

Pembeli produk tersebut akan melalui proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenal produk, kemudian sikap, dan kemudian melakukan pilihan pembelian dengan penuh pertimbangan. Pemasar produk-produk dengan tingkat keterlibatan tinggi harus memahami perilaku konsumen dalam pemilihan informasi
dan evaluasi. Mereka perlu membantu pembeli untuk mempelajari atribut-atribut kelas produk dan tingkat kepentingannya serta apa yang ditawarkan oleh merek itu dalam memberikan nilai pada atribut yang
penting. Pemasar perlu mempelajari cara membedakan fitur-fitur mereknya, dan mendeskripsikan manfaat mereknya dengan menggunakan media cetak dengan teks yang panjang. Mereka harus memotivasi pramuniaga dan kenalan untuk mempengaruhi pemilihan merek akhir.

2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonasi

Perilaku pembelian pengurangan disonasi terjadi ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan pembelian yang mahal, tidak sering atau beresiko, namun melihat sedikit perbedaan antar merek.

Contoh, konsumen yang membeli karpet, mempunyai keterlibatan yang tinggi karena mahalnya dan arena ekspresi diri. Akan tetapi, pembeli mungkin menganggap kebanyakan merek karpet dalam kisaran harga yang sama mempunyai kualitas yang sama. Dalam kasus itu, karena persepsi mengenai perbadaan merek tidak terlalu
besar, pembeli mungkin berkeliling berbagai toko untuk melihat barang apa saja yang tersedia, namun membeli secara relatif cepat. Pembeli mungkin akan menanggapi itu pada harga yang lebih baik atau kepada
kemudahan pembelian.

Setelah pembelian, konsumen akan mengalami disonasi setelah pembelian (post purchase dissonance) ketika mereka menyadari kekurangan tertentu dari karpet yang telah dibeli atau mendengar hal yang lebih baik dari merek yang tidak dibelinya. Untuk mengatasi disonasi tersebut, komunikasi, pasca penjualan dari pemasar
sebaiknya memberikan bukti dan dukungan kepada konsumen agar merasa tepat dan merasa nyaman dengan pilihan merek yang telah dilakukannya.

3. Perilaku Pembelian Kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi di mana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar merek. Contoh, garam. Konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah dalam kategori produk itu mereka hanya pergi ke toko kemudian mengambil satu merek. Jika mencari merek yang sama, itu hanya karena kebiasaan bukan karena kesetiaan terhadap merek tertentu. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah terhadap produk yang harganya rendah dan yang secara teratur dikonsumsi.

Dalam kasus tersebut, perilaku pembelian konsumen tidak melalui jalur keyakinan-sikap-perilaku yang biasa. Konsumen tidak mencari secara luas informasi merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan secara serius merek apa yang akan dibeli. Mereka secara pasif menerima informasi pada saat melihat televisi
atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan kebiasaan terhadap suatu merek (brand familiarity) bukannya keyakinan merek (brand convicition). Konsumen tidak membangun sikap yang kuat terhadap sebuah merek, mereka memilih merek karena merek itu dikenal. Karena mereka tidak terlibat secara kuat dengan produk tersebut, konsumen tidak mengevaluasi pilihan setelah pembelian. Oleh karena itu, proses pembelian tersebut melibatkan keyakinan merek yang dibentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti oleh perilaku pembelian yang diikuti atau tidak diikuti oleh evaluasi.

Karena pembeli tidak terlalu tergantung pada merek tertentu, pemasar produk dengan keterlibatan rendah dan perbedaan antar merek yang sedikit terkadang menggunakan harga dan penjualan promosi untuk mendorong percobaan suatu produk. Dalam mengiklankan produk dengan mendorong keterlibatan rendah, iklan harus menekankan hanya pada sedikit hal yang penting tertentu.

.

Pemasar bisa berusaha mengubah produk keterlibatan rendah menjadi produk keterlibatan produk dengan menghubungkan produk tersebut dengan isu-isu terkait. Procter & Gamble melakukan ketika diamenghubungakn pasta gigi Crest dengan penghindaran gigi berlubang.

Atau produk dapat dihubungkan dengan sejumlah kondisi pribadi. Nestle melakukannya dengan serangkaian iklan untuk kopi Taster’s Choice, setiap iklannya menggunakan episode mirip opera sabun yang berisi tentang dua orang tetangga yang terlibat asmara. Hasil terbaiknya adalah strategi itu dapat menaikkan keterlibatan konsumen dari tingkat rendah menjadi sedang. Akan tetapi, strategi itu cenderung tidak mendorong konsumen ke keterlibatan tinggi.

4. Perilaku Pembelian Pencarian Variasi

Konsumen berada pada perilaku pembelian pencarian variasi dalam situasi ketika konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus seperti itu, konsumen seringkali beralih merek.

Contoh, pada saat membeli kue, seorang konsumen terkadang memiliki sejumlah keyakinan, memilih kue tanpa banyak evaluasi, kemudian mengevaluasi merek tersebut pada saat pengkonsumsian. Tetapi lain kali, konsumen mungkin akan mengambil merek lain yang setara karena kebosanan atau semata-mata ingin mencoba sesuatu
yang berbeda. Penggantian merek terjadi karena variasi semata-mata dan bukan karena ketidakpuasan.

Pada produk kategori tersebut, strategi pemasaran akan berbeda bagi pemimpin pasar atau merek minoritas. Pemimpin pasar akan mencoba merangsang perilaku pembelian kebiasaan dengan menggunakan rak secara luas, mempertahankan rak penuh dengan produknya, dan menjalankan iklan berkala untuk mengingatkan.
Perusahaan pesaing akan merangsang pencarian variasi dengan menawarkan harga yang rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang memperlihatkan berbagai alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.

Sumber: 1. Marketing Management

2 .http://id.wikipedia.org/wiki/Jenis Situasi Konsumen