Selasa, 22 Desember 2009
KEBIASAAN SEHAT YANG MENJAUHKAN PENYAKIT
Laporan terbaru yang dipublikasikan dalam Archives of Internal Medicine menyebutkan, mereka yang mempraktikkan kebiasaan sehat lebih jarang terkena penyakit seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung.
Riset yang dimulai tahun 1990-an ini melibatkan 23.513 orang Jerman berusia 35-65 tahun. Peneliti menganalisa kesehatan, gaya hidup, dan pola makan para responden. Berat badan, latar belakang penyakit yang dimiliki, frekuensi makan, dan bagaimana mereka mempraktikkan kebiasaan sehat juga dianalisa selama periode studi yang berlangsung selama 8 tahun.
Kebiasaan sehat yang dianalisa adalah apakah mereka punya kebiasaan merokok, berolahraga minimal 3,5 jam seminggu, memiliki indeks massa tubuh ideal, serta memiliki pola makan yang kaya serat dan rendah lemak.
Mayoritas responden mengaku mereka mempraktikkan minimal satu kebiasaan sehat dan 9 persen responden mengatakan mereka menjalani keempat kebiasaan sehat itu.
Setelah mempertimbangkan faktor lain yang mungkin berkontribusi pada munculnya penyakit, para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang mempraktikkan keempat kebiasaan sehat ini memiliki risiko terkena penyakit kronisnya berkurang 78 persen.
Secara spesifik, mereka yang menjalankan seluruh kebiasaan sehat memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 lebih rendah 92 persen, serangan jantung 81 persen, stroke 50 persen, dan terkena kanker 36 persen. Dengan kata lain, meski nasihat untuk menjalankan gaya hidup sehat terdengan klise, namun manfaatnya memang nyata.
MULTIBEBAN MASALAH KESEHATAN
Pengobatan itu sendiri dalam rangka eliminasi filariasis. Prevalensi mikrofilaria di Indonesia 19 persen. Prevalensi penyakit itu sempat turun dari 13,3 persen pada tahun 1970 menjadi 3,29 persen pada 1987.
Selain penyakit itu, berbagai penyakit infeksi lama lainnya khas negara berkembang masih tetap akan menjadi musuh pembangunan kesehatan. Penyakit zoonosis klasik yang ditularkan dari hewan ke manusia seperti rabies, misalnya, masih sulit dikendalikan. Bahkan, belakangan kasus rabies bermunculan di daerah yang semula bebas historis dari penyakit itu, sebut saja Bali.
Penyakit ini sangat meresahkan mengingat angka kematiannya 100 persen jika tidak ditangani. Secara keseluruhan, situasi penyakit rabies terakhir di Indonesia tidak terlalu menggembirakan, jumlah kasus meningkat dengan korban paling banyak anak-anak.
Infeksi klasik lainnya, seperti tuberkulosis, juga akan kian menuntut kerja keras pemerintah. Setiap tahunnya sekitar 500.000 orang menderita tuberkulosis. Seiring dengan bertambahnya orang terinfeksi HIV, jumlah penderita yang rentan terhadap penyakit penyerang paru-paru itu tentu akan meningkat. Lebih dari separuh orang dengan HIV/ AIDS terinfeksi tuberkulosis. Berbagai upaya pengobatan tanpa peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan membuat tuberkulosis seakan menjadi musuh abadi.
Infeksi HIV menjadi persoalan tersendiri. Stigma yang melekat dan masih rendahnya cakupan program di kelompok populasi kunci memperumit pengendalian penyakit tersebut.
Masih terkait memburuknya kualitas lingkungan hidup, berbagai penyakit, seperti demam berdarah dan malaria, bermunculan. Tingkat penularan malaria di Indonesia sangat tinggi. Saat ini 396 kabupaten atau 80 persen dari total jumlah kabupaten/kota termasuk daerah endemis malaria. Indonesia termasuk negara yang masih terjadi transmisi malaria.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan, penduduk di daerah berisiko tertular malaria sekitar 45 persen dari total jumlah penduduk.
Berbagai infeksi lama di atas tampaknya belum akan sepenuhnya tereliminasi. Kemiskinan yang berhubungan dengan kualitas hidup masyarakat dan memburuknya lingkungan yang diperparah perubahan iklim menjadi lahan subur bagi berbagai tersebut.
Terlebih lagi penanganan yang tidak menyeluruh menyebabkan penyelesaian masalah kesehatan terkesan tambal sulam. Penyakit seperti filariasis, rabies, dan demam berdarah, misalnya, tidak cukup sekadar menyembuhkan penderita, melainkan pula perlu penelitian dan pengendalian terhadap vektor.
Perbaikan kualitas lingkungan tempat tinggal, sosialisasi masalah kesehatan, dan pemberdayaan komunitas juga menjadi kata kunci. Padahal, ujung tombak upaya promotif dan preventif tersebut, seperti puskesmas, perannya malah kian luntur.
Ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, Adi Sasongko, dalam sebuah wawancara terkait kasus filariasis berkomentar, pemberantasan penyakit menular membutuhkan sinergi dengan pemerintah daerah, komunitas, dan lintas departemen. Justru pada poin-poin tersebut pemerintah masih lemah.
Multibeban
Tantangan pembangunan kesehatan ke depan semakin diperberat dengan kehadiran berbagai infeksi baru seperti influenza H5N1 (flu burung) dan influenza A-H1N1. Kian tingginya mobilitas penduduk dunia dan kestrategisan wilayah geografis membuat Indonesia rentan terhadap pandemi tersebut. Indonesia suka tak suka harus terlibat dalam kerja sama internasional dan ikut dalam upaya global dalam menghadapi pandemi tersebut.
Beban tambahan lainnya ialah perubahan penyakit akibat pola hidup. Perubahan pola makan, aktivitas, kian tingginya stres, dan polusi lingkungan hidup yang merupakan bagian semakin urbannya kehidupan warga ikut berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
Berbagai penyakit akibat gaya hidup tidak sehat, mulai dari hipertensi, stroke, jantung, diabetes, hingga kanker, yang sudah lebih dahulu menjadi persoalan di negara maju, kini menjadi masalah Indonesia.
Dalam sebuah wawancara, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, Ascobat Gani, Jumat (16/10), mengatakan, perubahan pola penyakit itu perlu diikuti dengan perubahan infrastruktur, seperti ketersediaan tenaga dan sarana. Kabar buruknya, infrastruktur kesehatan dan ketersediaan tenaga kesehatan masih merupakan pergulatan baik dalam jumlah maupun distribusinya dalam pembangunan kesehatan.
Menangani berbagai beban tersebut, program yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif secara pararel sangat penting. Kelalaian mengendalikan penyakit sejak awal akan dibayar dengan tingginya biaya kesehatan serta rendahnya produktivitas masyarakat.
Pengendalian penyakit dan perbaikan kualitas kesehatan masyarakat dapat terwujud jika pembangunan kesehatan berlandaskan paradigma investasi sumber daya manusia.
”Paradigma pembangunan kesehatan harus diubah dari pemberantasan penyakit kepada investasi sumber daya manusia,” ujar Ascobat.
Sekitar 200 juta penduduk Indonesia dapat menjadi manusia sakit tidak berdaya atau sebaliknya, individu sehat yang aktif membangun negaranya.
Minggu, 22 November 2009
contoh kasus 3
Menurut data Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM, di Indonesia terdapat sekitar 39 juta usaha mikro, usaha kecil 900.000. Usaha menengah hanya sekitar 57.000, serta perusahaan besar 2000-an. Namun dalam menjalankan usahanya yang tetap survive dalam menghadapi krisis ekonomi nasional, kebanyakan di sektor UKM ( Usaha Kecil Menengah ). Sektor ini terbukti mampu menggerakkan perekonomian nasional lewat modalnya yang sangat terbatas dimana tidak jarang para pengusaha di sektor ini menambah modalnya tidak lewat bank ,akan tetapi menggunakan modal yang berasal dari rentenir.
Salah satu hal klasik yang dihadapi oleh pengusaha di sektor UKM adalah terbatasnya modal yang diberikan oleh pihak bank serta peluang untuk mendapatkannya. Sebagai contoh , peluang konglomerat lebih besar dibandingkan UKM. Sampai kini tercatat, konglomerat sudah memperoleh kesempatan sebesar Rp 900 trilyun. Sementara, pengusaha kecil dan menengah hanya mampu diberi peluang sekitar Rp 50 trilyun, serta Kredit Usaha Tani (KUT) hanya Rp 7 tilyun.
Namun dibalik kesulitan terutama dalam mendapatkan modal banyak sektor UKM ternyata mampu bertahan menghadapi terjangan krisis yang menimpa ekonomi
contoh kasus 2
Dibandingkan dengan negara lain, menurut laporan World Bank, perolehan devisa (Remittance) tenaga kerja
Gambaran ini menunjukkan bahwa Negara kita masih belum mengoptimalkan potensi kekuatan SDMnya sebagaimana yang dilakukan oleh Negara lain. Di lain fihak gambaran ini akan merupakan pendorong
semangat untuk meningkatkan kinerja ketenagakerjaan kita di dunia internasional.
Contoh kasus 1
Kasus Pembangunan Waduk Jati Gede,Kab. Sumendang, Propinsi Jabar
Gagasan pembangunan Waduk Jatigede diajukan pertama kali pada tahun 1963 yang tidak dilanjuti dengan pre-feasibility study tahun 1973. Pada tahun 1977 sampai 2004 juga telah dilakukan berbagai study mulai dari desain detail dan master plan sampai pada analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Biaya pembanguna wduk diperkirakan sebesar USD 239,57 juta (Rp.2,2 triliun) yang bersumber dari Republik Rakyat China (RRC) USD 196,55 juta (Rp.1,788 triliun) dan APBN USD 43,02 juta (Rp.391,49 miliar). Disamping waduk juga akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air(PLTA) Jatigede oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) senilai USD 168 juta atau Rp.1,528 triliun. Pembangunan waduk Jatigede telah menyebabkan sekitar 6.979 KK atau 25.504 jiwa akan terkena dampak langsung akibat genangan air waduk dan dikenal dengan sebutan Orang Terkena Dampak (OTD).
Kompensasi
Kompesasi ini dapat berupa upah dan gaji.Gaji biasanya diberikan setiap bulan(bulanan), dalam jumlah pasti, sedangkan upah dapat bulanan atau kurang dari itu sangat dipengaruhi oleh volume output yang dihasilkan oleh setiap individu.
Dalam masalah pengupahan ini, terdapat 3 macam teori upah ekonomi yaitu:
- Teori Pasar
- Teori Standard Hidup
- Teori Kemampuan untuk Membayar
- Pasar tenaga kerja
- Tingkat upah yang berlaku di daerah yang bersangkutan
- Situasi laba perusahaan
- Peraturan pemerintah
- Upah langsung (straight salary)
- Gaji (wage)
- Upah satuan (piece work)
- Komisi
- Premi shit kerja (shift premium)
- Tunjangan tambahan (fringe benefit)
Proses Seleksi Karyawan
PROSES SELEKSI KARYAWAN
- Pengisian formulir atau penyortiran lamaran-lamaran yang masuk. Pelamar yang dinilai tidak memenuhi syarat, gugur dan dinyatakan tidak dapat mengikuti tahap seleksi berikutnya.
- Wawancara pendahuluan, wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui secara sekilas tantang penampilan (appearance), motif bekerja dan latar belakang kehidupan pelamar. Bagi yang dinyatakan kurang memenuhi syarat dinyatakan gugur.
- Psycho-test, tujuan Psycho-test ini adalah menguji kebenaran pernyataan-pernyataan yang telah diberikan pada tahap wawancara pendahuluan, di samping menguji sikap, bakat, minat, kepribadian dan kecakapan seseorang.
- Wawancara lanjutan, metupakan usaha untuk menggali berbagai informasi yang dianggap penting tentang pelamar.
- Pengujian referensi, merupakan pengujian tentang berbagai hal tentang pelamar dari seseorang yang dianggap paling penting mengetahui.
- Pengujian kesehatan, Untuk mengetahui apakah kondisi-kondisi phisiknya cukup memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas yang akan dikerjakan nanti.
Ekonomi Koperasi
KOPERASI
Menurut UU No.25 tahun 1992, Koperasi adalah suatu bentuk badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hokum koperasi yang melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang yang berdasar atas azas kekeluargaan.
Tujuan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyrakat yang maju, adil, makmur, dan berlandaskan Pancasila dan UUD ’45.
PRINSIP KOPERASI:
- Keanggotaan bersifat sukarela
- Pengelolaan dilakukan secara demokratis
- Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa masing-masing anggota
- Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
- Kemandirian
Koperasi Mempunyai Ciri Tersendiri,yaitu:
1. Lebih mementingkan keanggotaan dan sifat persamaan
2. Anggota-anggotanya bebas keluar-masuk
3. Koperasi merupakan badan hokum yang menjalankan usaha untuk kesejahteraan anggota
4. Koperasi didirikan secara tertulis dengan akte pendirian dari notaries
5. Tanggung jawab kelancaran usaha koperasi berada di tangan pengurus
6.
7. Kekuasaan tertinggi di dalam rapat anggota
PENGELOMPOKAN KOPERASI
Menurut bidang usahanya:
- Koperasi Produksi
- Koperasi Konsumsi
- Koperasi Simpan Pinjam
- Koperasi Serba Usaha
Menurut luas wilayahnya:
- Primer Koperasi
- Pusat Koperasi
- Gabungan Koperasi
- Induk Koperasi
Senin, 09 November 2009
Pengertian dan Contoh Kasus SHU
Pengertian dan Cara Menghitung Sisa Hasil Usaha Koperasi
Sisa Hasil Usaha ( SHU ) Koperasi seringkali diartikan keliru oleh pengelola koperasi. SHU Koperasi dianggap sama saja dengan deviden sebuah PT, padahal terminology SHU jelas, bahwa SHU adalah “Sisa” dari Usaha koperasi yang diperoleh setelah kebutuhan anggota terpenuhi
Dalam Manajemen koperasi Sisa hasil usaha (SHU) memang diartikan sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue TR) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost TC) dalam satu tahun buku. Bahkan dalam jika ditinjau pengertian SHU dari aspek legalistik, menurut UU No.25/1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:
1. SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurang dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
3. besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
Pengertian diatas harus dipahami bahwa SHU bukan deviden seperti PT tetapi keuntungan usaha yang dibagi sesuai dengan aktifitas ekonomi angoota koperasi, maka besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Artinya, semakin besar transaksi(usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Hal ini berbeda dengan perusahaan swasta, dimana dividen yang diperoleh pemilik saham adalah proporsional, sesuai besarnya modal yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu pembeda koperasi dengan badan usaha lainnya.
Penghitungan SHU bagian anggota dapat dilakukan apabila beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut:
1. SHU total kopersi pada satu tahun buku
2. bagian (persentase) SHU anggota
3. total simpanan seluruh anggota
4. total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota
5. jumlah simpanan per anggota
6. omzet atau volume usaha per anggota
7. bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8. bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.
Contoh Kasus SHU
1.Koperasi "Maju Jaya" yang jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib anggotanya sebesar Rp 100.000.000,- menyajikan perhitungan laba rugi singkat pada 31 Desember 2001 sebagai berikut :
(hanya untuk anggota):
Penjualan Rp 460.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp 400.000.000,-
Laba Kotor Rp 60.000.000,-
Biaya Usaha Rp 20.000.000,-
Laba Bersih Rp 40.000.000,-
Berdasarkan RAT, SHU dibagi sebagai berikut:
_ Cadangan Koperasi 40%
_ Jasa Anggota 25%
_ Jasa Modal 20%
_ Jasa Lain-lain 15%
Buatlah:
a. Perhitungan pembagian SHU
b. Jurnal pembagian SHU
c. Perhitungan persentase jasa modal
d. Perhitungan persentase jasa anggota
e. Hitung berapa yang diterima Tuan Yohan (seorang anggota koperasi) jika jumlah simpanan pokok dan simpanan wajibnya Rp 500.000,- dan ia telah berbelanja
di koperasi Maju Jaya senilai Rp 920.000,-
JAWABAN
a. Perhitungan pembagian SHU
Keterangan SHU Rp 40.000.000,-
Cadangan Koperasi 40% Rp 16.000.000,-
Jasa Anggota 25% Rp 10.000.000,-
Jasa Modal 20% Rp 8.000.000,-
Jasa Lain-lain 15% Rp 6.000.000,-
Total 100% Rp 40.000.000,-
b. Jurnal
SHU Rp 40.000.000,-
Cadangan Koperasi Rp 16.000.000,-
Jasa Anggota Rp 10.000.000,-
Jasa Modal Rp 8.000.000,-
Jasa Lain-lain Rp 6.000.000,-
c.Persentase jasa modal = (Bagian SHU untuk jasa modal : Total modal) x 100%
= (Rp 8.000.000,- : Rp 100.000.000,-) x 100% = 8%
Keterangan:- Modal koperasi terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib
- Simpanan sukarela tidak termasuk modal tetapi utang
d. Persentase jasa anggota = (Bagian SHU untuk jasa anggota : Total Penjualan Koperasi)x 100%
= (Rp 10.000.000,- : Rp 460.000.000,-) x 100% = 2,17%
Keterangan: - perhitungan di atas adalah untuk koperasi konsumsi
- untuk koperasi simpan pinjam, total penjualan diganti dengan total pinjaman
e. Yang diterima Tuan Yohan:
- jasa modal = (Bagian SHU untuk jasa modal : Total modal) x Modal Tuan Yohan
= (Rp 8.000.000,- : Rp 100.000.000,-) x Rpo 500.000,- = Rp 40.000,-
- jasa anggota = (Bagian SHU untuk jasa anggota : Total Penjualan Koperasi)x Pembelian Tuan Yohan
= (Rp 10.000.000,- : Rp 460.000.000,-) x Rp 920.000,- = Rp 20.000,-
Jadi yang diterima Tuan Yohan adalah Rp 40.000,- + Rp 20.000,- = Rp 60.000,-
Keterangan: untuk koperasi simpan pinjam, Pembelian Tuan Yohan diganti Pinjaman Tuan Yohan pada koperasi.
Minggu, 25 Oktober 2009
Dehidrasi
Setiap individu memiliki kebutuhan jumlah air yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembabpan lingkungan serta aktivitas yang dilakukan. Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah jenis kelamin, usia, dan kondisi tubuh. Air yang dikeluarkan oleh tubuh melalui pernapasan, kulit, kandung kemih, dan usus harus diseimbangkan jumlahnya dengan air yang diminum. Total air yang dibutuhkan tubuh kita setiap hari adalah 2-2,5 liter atau sekitar 8-10 gelas, berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Air yang masuk kedalam tubuh, 90 persennya akan terserap dan tersirkulasi.
Sabtu, 24 Oktober 2009
Bahasa Indonesia, Alat Pemersatu Bangsa
Peryataan itu membuat para pemuda geram. Kongres Pemuda II pun digelar. Rapat pertama pada Sabtu, 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, Ketua PPPI sekaligus Ketua Kongres, pemuda Soegondo, berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan. Acara dilanjutkan dengan uraian pemuda Yamin mengenai lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu: sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta (sekarang Museum Sumpah Pemuda), Mr Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi, selain gerakan kepanduan. Dan naskah pada secarik kertas buah pikir pemuda Yamin dibacakan ketua kongres. Itulah naskah Sumpah Pemuda.
Berbekal niat dan kemauan bersama untuk mewujudkan persatuan demi kemerdekaan, pemuda-pemudi dari organisasi yang berbeda itu mengikrarkan diri untuk satu dalam Tanah Air, bangsa, dan bahasa Indonesia.Mereka tidak lagi berdiri dalam kelompok-kelompok kecil suku, ras, dan agama tetentu, tetapi dalam satu kelompok bangsa yang besar. Kaerena seumpama batangan lidi, mudah patah jika sendiri-sendiri. Namun, akan kuat jika disatukan menjadi sebuah sapu.
Mengerti kan arti penting Sumpah Pemuda dalam sejarah bangsa kita? Ayo, kita jaga bersama semangatnya!!! Salah satu caranya dengan memakai Bahasa Indonesia dalam pergaulan kita sehari-sehari.
Kamis, 17 September 2009
Kenaikan harga cabai menjelang hari lebaran
Setelah saya kunjungi pasar terdekat rumah saya di daerah Jakarta Timur. Saya mendatangi salah satu pedagang sayur mayur, setelah itu saya berbincang-bincang dengan salah satu pedagang sayur tersebut.pedagang sayur tersebut bernama Ibu Siti. Rencana saya mendatangi pedagang sayur mayur itu ingin membeli cabai disamping itu saya sedikit berbincang-bincang soal harga cabai pada saat menjelang lebaran tahun ini. Ternyata para pedagang sayur mayur di Pasar Inpres Ciracas itu membeli di Pasar Induk Kramatjati. Para pedagang sayur mayur di pasar Inpres Ciracas melepas cabai merah kriting Rp 20000/kg atau naik sekitar Rp 2000 dibanding harga yang mereka lepas beberapa hari sebelumnya."Berarti terbukti yach berita-berita yang ada di televisi tentang kenaikanharga sembako dan sayur mayur pada saat menjelang lebaran",ujar saya.
Sementara itu cabai rawit merah juga naik menjadi Rp 16000/kg atau naik sekitar Rp 4000/kg. "kata ibu Siti di pasar Induk Kramatjati cabai merah kriting sudah naik jadi Rp 17000/kg. Jadi,mau gak mau para pedagang sayur mayur di semua pasar yang ada di Jakarta terpaksa ikut menaikan harga".
Cabai hijau kriting juga mengalami kenaikan menjadi Rp 17000/kg,cabai rawit hijau menjadi Rp 12000/kg; cabai merah besar menjadi Rp 16000/kg dan cabai hijau besar dilepas seharga 12000/kg."Padahal sebelumnya, yakni menjelang Ramadhan,harga sejumlah jenis cabai,terutama rawit merah sempat melonjak hingga Rp 20000/kg dan cabai merah kriting berada pada Rp 15000/kg", kata ibu Siti. Yang saya tahu harga-harga tersebut sempat menurun beberapa hari dan kembali merangkak naik sejak sepekan yang lalu.
"Berarti kalau harga di pasar Induk turun, harga di pasar yang lainnya otomatis ikut turun". Ternyata selain cabai, ada juga komoditas pangan yang mengalami kenaikan ialah kentang. Di beberapa pasar ternyata harga kentang sudah naik menjadi Rp 7000/kg.
Setelah itu saya tanya-tanya tentang harga bumbu dapur lainnya seperti bawang putih dan bawang merah, apakah ada kelonjakan pada harga bumbu dapur?. Ternyata ada.Sedangkan harga bumbu dapur seperti bawanh putih dan bawang merah masih tetap tinggi. Bawang putih Rp 14000/kg,bawang kating Rp 16000/kg,dan bawang merah dilepas Rp 10000/kg. Sementara itu harga sayur mayur lainnya cenderung stabil.
Dengan naiknya harga cabai, dikeluhkan sejumlah pedagang kecil di bidang makanan."Gimana dagang mau untung?Kemarin waktu gula sama minyak naik saja sudah ngos-ngosan,ini cabai ikutan naik.Ujar ibu pemilik warung makan disekitar pasar".